MAKALH - ETOS KERJA
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Etos kerja dalam arti luas menyangkut
akan akhlak dalam pekerjaan. Untuk bisa menimbang bagaimana akhlak seseorang
dalam bekerja sangat tergantung dari cara melihat arti kerja dalam kehidupan,
cara bekerja dan hakikat bekerja. Dalam Islam, iman banyak dikaitkan dengan
amal. Dengan kata lain, kerja yang merupakan bagian dari amal tak lepas dari
kaitan iman seseorang.
Idealnya, semakin tinggi iman itu maka
semangat kerjanya juga tidak rendah. Ungkapan iman sendiri berkaitan tidak
hanya dengan hal-hal spiritual tetapi juga program aksi.
Islam adalah agama yang Universal, yang
tidak hanya membahas pemasalahan ibadah yang berhubungan dengan akherat, tetapi
Islam juga mencakup segela aspek kehidupan manusia yang ada kaitannya dengan
duniawi, yang salah satunya adalah mencari penghidupan. Sungguh Islam sangat
membenci pengangguran dan sangat menganjurkan untuk mencari penghidupan.
Bagaimana seorang muslim dapat berinfak apabila tidak memiliki harta, bagaimana
akan bisa menghidupi keluarga apabila tidak memiliki penghasilan.
B. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui secara detail apa
itu Etos kerja.
2. Untuk mengetahui pentingnya Etos
Kerja dalam kehidupan sehari-hari.
3. Memahami ayat-ayat Al-Quran tentang
Etos Kerja
4. Memahami hubungan Etos kerja dengan
Kehidupan Agama.
C. Rumusan Masalah
1. Apakah pengertian dari Etos Kerja?
2. Surat apasaja yang menjelaskan Etos
Kerja?
3. Apa Hubungan Etos Kerja dengan Agama
D. Ruang Lingkup
Ruang lingkup makalah ini adalah hanya
sebatas Materi Etos Kerja
BAB II
PEMBAHASAN
A. Friman Allah Dalam Etos Kerja
Al-Qur’an dan al-Hadits merupakan sumber
pokok ajaran Islam dan sebagai petunjuk ke jalan yang benar bagi umatnya untuk
mencapai tujuan utamanya yaitu kebahagiaan di dunia dan akhirat. Dari kedua
sumber pokok tersebut umat Islam mendapatkan petunjuk dan arahan tentang
berbagai hal, termasuk masalah yang berhubungan dengan pendidikan. Allah Swt
dalam firmanNya melalui al-Qur’an memerintahkan umat Islam untuk selalu
meningkatkan kualitas diri dan keilmuannya. Allah Swt juga berfirman tentang
keutamaan orang yang berilmu dibandingkan orang yang tidak berilmu. Beberapa
ayat al-Qur’an menyebutkan hal ini, misalnya
Surat Thoha 114:
Artinya: “ Maka Maha Tinggi Allah raja
yang sebenar-benarnya, dan janganlah kamu tergesa-gesa membaca Al qur’an sebelum
disempurnakan mewahyukannya kepadamu, dan Katakanlah: “Ya Tuhanku, tambahkanlah
kepadaku ilmu pengetahuan.”
Surat Az-Zumar ayat 9
Artinya: (apakah kamu Hai orang musyrik
yang lebih beruntung) ataukah orang yang beribadat di waktu-waktu malam dengan
sujud dan berdiri, sedang ia takut kepada (azab) akhirat dan mengharapkan
rahmat Tuhannya? Katakanlah: “Adakah sama orang-orang yang mengetahui dengan
orang-orang yang tidak mengetahui?” Sesungguhnya orang yang berakallah yang
dapat menerima pelajaran.
Mujadalah 11
Artinya: “ Hai orang-orang beriman
apabila kamu dikatakan kepadamu: “Berlapang-lapanglah dalam majlis”, Maka
lapangkanlah niscaya Allah akan memberi kelapangan untukmu. dan apabila
dikatakan: “Berdirilah kamu”, Maka berdirilah, niscaya Allah akan meninggikan
orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu
pengetahuan beberapa derajat. dan Allah Maha mengetahui apa yang kamu kerjakan.
Dari beberapa ayat tersebut, kita bisa
memahami bahwa orang yang berilmu punya posisi yang berbeda dengan orang yang
tidak berilmu. Ayat-ayat tersebut juga merupakan pendorong bagi umat Islam
untuk selalu berusaha meningkatkan kualitas keilmuannya. Salah satu upaya untuk
meningkatkan kualitas keilmuan adalah melalui pendidikan. Pendidikan yang baik
dan berkualitas akan membawa kebaikan pada bidang yang lain. Dengan pendidikan
yang baik dan tingkat keilmuan yang cukup, akan mengarahkan seseorang untuk
cakap, kreatif, mandiri dan bertanggung jawab, terutama pada dirinya sendiri.
Dengan pendidikan yang baik, diharapkan
umat Islam bisa meningkatkan dan mengembangkan potensi yang diberikan oleh
Allah kepada kita dengan optimal. Makalah ini akan membahas tentang etos kerja
dan peningkatan kualitas diri melalui pendidikan.
B. Pengertian Etos Kerja
Yang dimaksud etos kerja adalah nilai
yang melandasi norma-norma tentang kerja. Etos berarti watak dasar suatu
masyarakat, sedangkan perwujudan luarnya adalah struktur dan norma sosial.
Dalam masyarakat yang memiliki penghargaan tinggi terhadap kerja, orang yang
menganggur biasanya mempunyai status sosial rendah atau dianggap rendah. Dalam
masyarakat seperti ini, semangat dan produktivitas kerja warga masyarakat
biasanya tinggi, misalnya yang tampak pada masyarakat Jepang.
C. Tinjauan Tentang Teori Kependidikan
3.1. Teori Kependidikan secara umum
Dalam arti sederhana pendidikan sering
diartikan sebagai usaha manusia untuk membina kepribadiannya sesuai dengan
nilai-nilai di dalam masyarakat dan kebudayaan. Dalam perkembangannya, istilah
pendidikan atau paedagogie berarti bimbingan atau pertolongan yang diberikan
dengan sengaja oleh orang dewasa pada orang lain agar ia menjadi dewasa.
Pendidikan juga diartikan sebagai usaha yang dijalankan oleh seseorang atau
kelompok agar menjadi dewasa atau mencapai tingkat hidup atau penghidupan yang
lebih tinggi dalam arti mental.
Sampai saat ini pengertian pendidikan
selalu mengalami perkembangan meskipun secara esensial tidak jauh berbeda.
Berikut ini akan dikemukakan beberapa pengertian pendidikan yang diberikan oleh
para ahli, di antaranya yaitu:
a. Langeveld
Pendidikan adalah setiap usaha,
pengaruh, perlindungan dan bantuan yang diberikan kepada anak tertuju kepada
kedewasaan anak. Pengaruh ini datangnya dari orang dewasa (atau yang diciptakan
oleh orang dewasa seperti sekolah, buku, putaran hidup sehari-hari, dan
sebagainya) dan ditujukan kepada orang yang belum dewasa.
b. Ki Hajar Dewantara
Pendidikan yaitu tuntunan di dalam hidup
tumbuhnya anak-anak. Maksudnya; pendidikan yaitu menuntun segala kekuatan
kodrat yang ada pada anak agar mereka sebagai manusia dan sebagai anggota
masyarakat dapatlah mencapai keselamatan dan kebahagiaan yang
setinggi-tingginya.
c. Menurut UU Nomor 2 tahun 1989
Pendidikan adalah usaha sadar untuk
menyiapkan peserta didik melalui kegiatan bimbingan, pengajaran, dan atau
latihan bagi peranannya dimasa yang akan datang.
Meskipun secara redaksional
pendapat-pendapat tersebut berbeda, namun secara esensial terdapat kesatuan
unsur atau faktor, yaitu bahwa pengertian pendidikan tersebut menunjukkan suatu
proses bimbingan, tuntunan, atau pimpinan yang didalamnya mengandung unsur
seperti pendidik, anak didik, tujuan dan sebagainya.
Dari beberapa teori tentang pendidikan
tersebut di atas, bisa diambil kesimpulan bahwa pendidikan mempunyai beberapa
tujuan, antara lain:
a. mengarahkan anak menjadi manusia
dewasa (Langeveld, terj. 1971)
b. tercapainya keselamatan dan
kebahagiaan yang setinggi-tingginya (Dewantara)
c. menyiapkan peserta didik agar mampu
berperan di masa yang akan dating (UU)
3.2. Etos kerja dalam Islam dan teori
Kependidikan
Dalam al-Qur’an dan al-hadits, konsep
etos kerja dalam Islam mempunyai tiga komponen penting yaitu ta’lim, tarbiyah,
dan ta’dib.
Secara terminologi beberapa ahli pernah
mengajukan rumusan tentang konsep pendidikan Islam. Dalam buku Crisis in Muslim
Education, Syed Sajjad Husein dan Syed Ali As-Raff menjelaskan bahwa pendidikan
Islam adalah pendidikan yang melatih perasaan murid-murid dengan begitu rupa,
sehingga dalam sikap hidup, tindakan, keputusan dan pendekatan mereka terhadap
segala jenis pengetahuan sangat dipengaruhi oleh nilai-nilai spiritual dan
sadar akan nilai etis Islam.
Akan tetapi mayoritas para ahli dan
pemikir pendidikan lebih setuju mengembangkan konsep pendidikan Islam dari
istilah tarbiyah dibanding ta’lim dan ta’dib dengan argumen bahwa cakupan
istilah tarbiyah lebih luas, bahkan ta’lim dan ta’dib implisit didalamnya.
Berikut ini adalah penjelasan tentang
tiga komponen tersebut:
a. Ta’lim
Istilah ta’lim adalah kata dasar
(masdar) dari kata kerja ‘allama yang berarti mengajar atau mendidik.
Penggunaan istilah ta’lim tersebut untuk menyatakan pendidikan dalam Islam. Hal
ini didasarkan pada penggunaan kata kerja ‘allama dalam beberapa surat dalam
al-Qur’an, antara lain dalam surat al-Alaq ayat 1-5, surat ar-Rahman ayat 13,
surat al-Baqarah ayat 31.
Artinya :1. Bacalah dengan (menyebut)
nama Tuhanmu yang Menciptakan,
2. Dia Telah menciptakan manusia dari
segumpal darah.
3. Bacalah, dan Tuhanmulah yang Maha
pemurah,
4. Yang mengajar (manusia) dengan
perantaran kalam[1589],
5. Dia mengajar kepada manusia apa yang
tidak diketahuinya.
Tinjauan historis menunjukkan bahwa
istilah mu’allim berarti orang yang melaksanakan kerja ta’lim, yaitu sebagai
pendidik, pengajar, atau guru telah dikenal sejak awal pertumbuhan dan
perkembangan pendidikan.
Istilah ta’lim memberi pengertian
sebagai proses memberi pengetahuan, pemahaman, dan tanggung jawab dan pemahaman
amanah sehingga terjadi pembersihan diri (tazkiyah) dari segala kotoran dan
menjadikan dirinya dalam kondisi siap untuk menerima hikmah serta mempelajari
segala sesuatu yang belum diketahui dan berguna baginya.
b. Tarbiyah
Istilah tarbiyah merupakan bentuk dasar
dari kata kerja rabba yang berasal dari kata rabba – yarbuu dengan pengertian
dasar “tumbuh dan berkembang”. Istilah ini baru diperkenalkan sejak timbulnya
usaha-usaha pembaharuan atau modernisasi pendidikan Islam pada awal abad 20.
Penggunaan kata tarbiyah untuk pendidikan Islam atas dasar pemikiran bahwa kata
tersebut mempunyai pengertian yang sama dengan kata rabb yang merupakan salah
satu dari nama Allah yang utama. Penggunaan istilah ini didasarkan pada
beberapa ayat al-Qur’an, misalnya
surat al-Isra’ ayat 24;
Artinya: “Dan rendahkanlah dirimu
terhadap mereka berdua dengan penuh kesayangan dan ucapkanlah: “Wahai Tuhanku,
kasihilah mereka keduanya, sebagaimana mereka berdua telah mendidik aku waktu
kecil”.
Kata rabba dalam ayat tersebut
mengandung pengertian pendidikan (dalam arti pemeliharaan, pengasuhan dan
bimbingan) dari orang tua kepada anak.
c. Ta’dib
Ta’dib merupakan bentuk masdar dari kata
kerja addaba yang berarti mendidik, melatih, memperbaiki juga memberikan
tindakan. Tetapi para ahli yang kurang menyukai penggunaan istilah ta’dib
mengatakan bahwa kata adab tidak memiliki makna konsisten. Ia bisa bermakna
sangat luas, menyangkut ilmu dan kebudayaan seperti pada masa awal Islam, juga
bisa bermakna sangat sempit yang hanya terbatas pada syair dan seluk beluknya
pada masa bani Abbassiyah.
Dari paparan tersebut di atas, dapat
disimpulkan bahwa etos kerja dalam Islam pendidikan mempunyai berbagai pengertian,
yaitu:
a. proses memberi pengetahuan,
pemahaman, dan tanggung jawab untuk mempelajari segala sesuatu yang berguna dan
belum diketahui.
b. pemeliharaan, pengasuhan dan
bimbingan dari orang tua kepada anak.
c. mendidik, melatih, memperbaiki juga
memberikan tindakan.
D. Etos Kerja Dan Pendidikan
Pada bagian awal tulisan ini, telah
disampaikan pengertian tentang etos kerja dan beberapa teori kependidikan.
Telah kita ketahui bahwa semangat dan produktivitas kerja warga masyarakat
dipengaruhi oleh etos kerjanya. Etos kerja yang tinggi akan menghasilkan
semangat dan produktivitas yang tinggi. Nabi Muhammad Saw dalam beberapa
haditsnya selalu menyampaikan agar umatnya senantiasa bekerja keras dan
semangat dalam menambah berbagai ilmu pengetahuan dan ketrampilan.
Dari berbagai hadits yang telah yang
ada, diketahui bahwa Nabi Muhammad Saw menganjurkan umatnya untuk:
a) bekerja untuk mencukupi kebutuhan
hidup.
b) mencari ilmu/belajar untuk
meningkatkan kualitas diri, karena orang berilmu lebih utama daripada orang
yang tidak berilmu.
c) Mengajarkan ketrampilan pada
anak-anak.
Berikut ini akan diuraikan masing-masing
dari hal tersebut:
a. Bekerja untuk mencukupi kebutuhan
hidup.
Untuk mencukupi kebutuhan hidup, tentu
seseorang harus bekerja. Jenis pekerjaan yang dilakukan biasanya dipengaruhi
oleh pendidikan yang dimiliki. Untuk itu setiap orang harus berupaya untuk
mendapatkan pendidikan yang baik dan sesuai dengan minat dan bakatnya. Apabila
itu sudah diperoleh, langkah berikutnya adalah melaksanakan pekerjaan yang
menjadi tanggungjawabnya dengan sungguh-sungguh dan bersemangat. Dengan etos
kerja yang tinggi, didasari oleh pendidikan dan ketrampilan yang cukup serta
kesungguhan dalam bekerja, kemungkinan besar orang akan mampu mencukupi
kebutuhan hidupnya. Namun perlu pula diingat bahwa dalam bekerja ada
norma-norma agama yang harus diikuti, antara lain halal dan thayib; seperti
yang firman Allah Swt dalam surat al-Maidah ayat 88,
Artinya: ” Dan makanlah makanan yang
halal lagi baik dari apa yang Allah Telah rezekikan kepadamu, dan bertakwalah
kepada Allah yang kamu beriman kepada-Nya.
Karena kita diperintahkan untuk makan
makanan yang halal dan thayib dari segala sesuatu yang Allah karuniakan kepada
kita, maka dalam mencari dan mendapatkan rizki Allah juga harus dengan cara
yang halal dan thayib.
b. Mencari ilmu/belajar untuk
meningkatkan kualitas diri.
Untuk meningkatkan kualitas diri salah
satu caranya adalah dengan belajar atau menuntut ilmu, yang itu bisa diperoleh
melalui pendidikan. Keberhasilan seseorang dalam belajar dipengaruhi antara
lain oleh motivasi/dorongan untuk belajar yang kuat. Motivasi adalah suatu
keadaan yang kompleks dan kesiapsediaan dalam diri individu untuk bergerak ke
arah tujuan tertentu, baik disadari atau tidak disadari. Sukmadinata (2004)
menyebutkan, ada beberapa hal yang bisa dilakukan oleh guru untuk meningkatkan
motivasi belajar muridnya, antara lain yaitu:
• Menjelaskan manfaat dan tujuan dari
pelajaran yang diberikan. Motivasi belajar murid akan tumbuh bila ia
betul-betul mengerti dan merasakan bahwa apa yang dia pelajari jelas manfaat
dan tujuannya.
• Memilih materi atau bahan pelajaran
yang dibutuhkan murid, serta cara penyajiannya yang bervariasi. Hal ini akan
menarik minat murid, dan minat merupakan salah satu bentuk motivasi.
• Memberikan kesempatan pada murid untuk
sukses. Tugas, latihan, pertanyaan, dan sebagainya hendaklah yang kira-kira
bisa dikerjakan oleh semua murid. Kesuksesan yang dicapai oleh murid akan mampu
membangkitkan motivasi murid untuk terus meningkatkan kemampuannya.
• Memberikan penghargaan, pujian dan
ganjaran untuk keberhasilan murid. Hal ini akan membuat murid senang dan bangga
akan prestasinya. Rasa senang akan memotivasi murid untuk terus belajar.
c. Mengajarkan ketrampilan pada
anak-anak.
Ketrampilan sangat berguna bagi semua
orang. Memiliki ketrampilan tertentu akan membantu seseorang dalam kehidupannya.
Untuk memperoleh ketrampilan yang diinginkan, guru hendaknya memberikan
kesempatan yang luas pada muridnya untuk mempraktikkan ketrampilan yang sedang
dipelajari. Pendidikan hendaknya tidak memisahkan antara teori dan praktik,
karena akan menjadikannya tidak efektif. Belajar dengan menggunakan lebih dari
satu indra akan lebih mudah diingat dan difahami oleh murid. Hal ini
sebagaimana slogan sepatu Nike yang menyatakan : “Praktekkan saja! Anda belajar
berbicara dengan berbicara. Anda belajar berjalan dengan berjalan. Anda belajar
bermain golf dengan bermain golf. Anda belajar mengetik dengan mengetik. Anda
belajar paling baik dengan mempraktikkannya”.
E. Peraturan-Peraturan ALLAH tentang
etos kerja umat islam.
1. ALLAH memberikan janji kepada manusia
yang beriman,”Siapa2 yang bekerja untuk ALLAH dengan baik, rajin, kerja
sungguh2 dan ikhlas,maka ALLAH akan memudahkan jalannya untuk sukses. Inilah
janji ALLAH;
"... Barangsiapa yang bertakwa
kepada Allah niscaya Dia akan mengadakan baginya jalan ke luar..(memudahkan
jalannya untuk sukses)"Dan memberinya rezki dari arah yang tiada disangka-sangkanya.
(QS.65:2-3)
Bertaqwa artinya orang-orang beriman
yang mematuhi atau mengikuti semua peraturan-pertuaran ALLAH dengan baik,
sempurna, khafah, tidak setengah setengah, ikhlas dan juga menjauhi semua
larangan-larangan yang di beritahu oleh ALLAH maka ALLAH akan mencintainya dan
mempercayainya untuk mengatur (memenagement) kekayaan ALLAH yang ada di bumi
ini.
Sebagai hadiah dari ALLAH kepada orang2
yang sungguh2 bekerja dijalan ALLAH dan telah bekerja keras dan jujur mengikuti
perintah2 ALLAH maka ALLAH memberikan hadiah-hadiah atau rezeki yang banyak
dari sumber-sumber yang tidak diketahui atau tidak disangka sangka. Artinya
rezekinya datang dari bermacam macam cabang usaha atau bermacam macam fabrik
yang telah di rintisnya untuk mengolah bahan2 baku menjadi barang-barang yang
bermanfaat.
2. Ciri-ciri orang yang rajin bekerja
untuk ALLAH itu,bukanlah banyak berzikir dan berdoa berjam jam kepada ALLAH,
tapi pandai menggunakan waktu sebaik baiknya, professional. Ada waktu untuk
shalat, berdoa, dan ada waktu untuk bekerja.
3. Umat islam tidak disuruh berlama lama
berdoa di mesdjid atau di rumah, tapi disuruh untuk bekerja memakmurkan bumi
ALLAH atau mensejahterkan keluarga atau masarakat. Dalam bekerja selalu ingat
kepada peraturan2 ALLAH ,tidak boleh melanggar peraturan-peraturan ALLAH.
Kalau terniat untuk melanggar
perintah-perintah ALLAH maka akibatnya adalah rezekinya tidak berakah dan bisa
kembali bangkrut atau merugi.
Inilah etos kerja umat islam yang
sesungguhnya. Umat islam tidak boleh cepat merasa puas, ALLAH memerintahkan
kalau kamu sudah selesai satu pekerjaan,maka kerjakan lagi yang lain..Tidak
boleh berhenti dan bersantai santai,karena waktu dari ALLAH sangat terbatas, 24
jam perhari. Sebahagian digunakan untuk tidur, sedangkan pekerjaan masih banyak
yang harus dilakukan.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Etos kerja sangat berpengaruh pada
keberhasilan seseorang. Demikian juga kesuksesan dalam pendidikan. Dengan etos
kerja yang tinggi diharapkan seseorang menjadi cakap, kreatif, mandiri dan
bertanggung jawab, terutama pada dirinya sendiri.
2. Nabi Muhammad Saw menganjurkan
umatnya agar bekerja dan berkarya dengan kemampuan sendiri untuk mencukupi
kebutuhan hidup, mencari ilmu/belajar untuk meningkatkan kualitas diri, dan
mengajarkan ketrampilan pada anak-anak.
3. Untuk melaksanakan anjuran Nabi
tersebut ada beberapa hal yang bisa dilakukan, yaitu:
a. dalam bekerja dan berkarya, selain
diperlukan pendidikan yang cukup dan semangat yang tinggi, juga harus dengan
cara yang halal dan thayib, sesuai dengan ajaran Islam.
b. selalu menumbuhkan motivasi dan
semangat untuk meningkatkan keilmuan dengan berbagai cara
c. untuk mempelajari ketrampilan, akan
lebih berhasil bila kesempatan untuk mempraktikkannya diberikan dengan luas.
:zap: :sunny: